Lorem ipsum dolor amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus.

Baker

Blog

kue kering khas bugis

Daftar Kue Kering Khas Bugis Makassar, Cita Rasa Tradisional yang Masih Melegenda

Kue kering khas Bugis Makassar dikenal memiliki cita rasa unik dengan perpaduan rasa manis, gurih, dan tekstur yang renyah. Ragamnya pun beragam, mulai dari kue tradisional yang masih dibuat secara turun-temurun hingga kue modern dengan sentuhan khas daerah Sulawesi Selatan.

Tak heran jika banyak wisatawan yang menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Makassar yang selalu diburu. Kini, berbagai jenis kue kering khas Makassar sangat mudah ditemukan di toko oleh-oleh maupun pasar tradisional, dan bisa dinikmati kapan saja.

Hal ini tentu berbeda dengan masa sebelum abad ke-20, ketika kue kering tradisional Bugis hanya dibuat pada momen-momen tertentu karena bahan rempah yang masih sulit didapatkan. Dahulu, kue ini umumnya hanya disajikan saat acara penting seperti pesta pernikahan, syukuran, atau upacara adat.

Kalau Anda penasaran apa saja jenisnya, yuk simak 10 kue kering khas Bugis Makassar yang paling populer dan menggugah selera di artikel ini!

10 Kue Kering Khas Bugis Makassar yang Terkenal Enak dan Sarat Makna

Kuliner Nusantara memiliki daya tarik tersendiri berkat kekayaan cita rasa dan keanekaragamannya. Salah satu daerah yang menyumbangkan banyak kuliner khas adalah Bugis, Sulawesi Selatan.

Selain dikenal dengan budaya maritim dan adat istiadatnya yang kuat, masyarakat Bugis juga memiliki tradisi kuliner yang istimewa. Salah satunya terlihat dari beragam kue kering khas Bugis Makassar yang tidak hanya lezat, tetapi juga menyimpan nilai filosofis dan budaya yang diwariskan turun-temurun.

Kue khas Bugis biasanya hadir dalam berbagai momen penting seperti pernikahan, acara adat, maupun perayaan hari besar. Rasanya yang manis dan gurih menjadi ciri khas yang menggugah selera, sementara proses pembuatannya menunjukkan kearifan lokal yang tetap dijaga hingga kini.

1. Baruasa

Salah satu kue kering tradisional Bugis Makassar yang paling terkenal adalah baruasa. Berdasarkan penelitian dari Universitas Hasanuddin dalam jurnal berjudul “Studi Pembuatan Kue Tradisional Baruasa dengan Penambahan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) dan Tepung Ikan Bandeng (Chanos chanos) sebagai Pangan Darurat”, disebutkan bahwa kue ini merupakan salah satu kuliner khas Sulawesi Selatan yang bernilai gizi tinggi.

Baca juga: Inilah 8 Kue Kering Jadul Jawa yang Sering Dijadikan Sajian Lebaran

Baruasa memiliki bentuk bulat kecil dengan tekstur lembut dan rasa gurih manis yang khas. Kue ini dibuat dari campuran tepung beras, gula pasir atau gula aren, serta kelapa sangrai. Selain nikmat, baruasa juga mengandung nutrisi seperti kalori, karbohidrat, dan protein yang cukup untuk menambah energi.

Menariknya, kue baruasa juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Menurut sejarawan Universitas Hasanuddin, kue ini sering dijadikan simbol keteguhan dan keabadian dalam pernikahan. Karena sifatnya yang tahan lama, baruasa diibaratkan sebagai harapan agar hubungan pasangan pengantin bisa bertahan selamanya, langgeng dan harmonis hingga akhir hayat.

2. Bannang-bannang

Kue khas Bugis lainnya yang tak kalah populer adalah bannang-bannang. Dalam buku “Kuliner Tradisional pada Upacara Adat di Sulawesi Selatan” karya Abdul Asis dkk., dijelaskan bahwa kue ini biasanya disajikan dalam acara adat, terutama pesta pernikahan.

Bannang-bannang dibuat dari tepung beras dan gula merah yang digoreng dengan teknik khusus. Adonannya dituang secara perlahan di atas minyak panas hingga membentuk pola seperti benang kusut yang saling terjalin. Dari bentuk inilah nama “bannang-bannang” berasal, yang dalam bahasa Bugis berarti “benang-benang”.

Bentuk benang yang saling terhubung melambangkan kehidupan rumah tangga yang penuh kerjasama dan kekompakan antara suami dan istri. Sama seperti untaian benang yang saling menguatkan, hubungan keluarga pun diharapkan kokoh dan tidak mudah terputus.

Dari segi rasa, bannang-bannang memiliki perpaduan manis dan renyah yang membuatnya cocok dijadikan camilan tradisional atau hidangan khas di berbagai acara.

3. Se’ro-Se’ro

Dalam tradisi pernikahan adat Makassar, kue Se’ro-Se’ro menjadi salah satu hidangan penting yang tidak boleh absen dalam hantaran pengantin pria (erang-erang). Kue khas Makassar ini memiliki makna simbolis yang mendalam, yakni menggambarkan sosok pengantin wanita dan filosofi saling melayani antara kedua mempelai.

Nama Se’ro-Se’ro diambil dari kata se’ro yang berarti “timba”, sesuai dengan bentuk kuenya yang menyerupai timba kecil dari daun nipah, alat tradisional yang dulu digunakan masyarakat Makassar untuk menimba air. Kue ini dibuat dari tepung beras goreng yang dilapisi tepung gula, menghasilkan warna putih lembut dan rasa manis yang khas.

Makna filosofis dibalik Se’ro-Se’ro cukup menarik. Dahulu, pasangan pengantin baru dalam budaya Makassar memiliki kebiasaan menimba air bersama di sumur, bergantian satu sama lain. Aktivitas ini menjadi simbol saling membantu dan mengisi dalam kehidupan rumah tangga. Karena itu, Se’ro-Se’ro diartikan sebagai lambang kesetiaan dan keharmonisan pasangan suami istri.

Kue ini juga dikenal dengan sebutan lain di kalangan masyarakat Bugis, yaitu Beppa Pute atau Dumpi Pute, yang sama-sama memiliki arti kue putih. Teksturnya lembut, mudah hancur di mulut, dan rasa manisnya yang ringan menjadikan Se’ro-Se’ro sebagai salah satu kue tradisional Bugis Makassar yang sarat makna budaya.

4. Kue Toli-Toli

Kue Toli-Toli merupakan salah satu kue kering khas Bugis Makassar yang memiliki bentuk unik menyerupai angka delapan. Bentuk tersebut bukan tanpa alasan, angka delapan yang tidak terputus melambangkan ikatan yang kuat, utuh, dan abadi, sesuai dengan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang dijunjung tinggi dalam budaya Bugis.

Kue Toli-Toli dibuat dari tepung beras dan gula merah yang kemudian digoreng hingga matang dan ditaburi wijen di bagian atasnya. Meskipun menggunakan gula merah, cita rasa manis yang dihasilkan tidak terlalu pekat, sehingga tetap ringan di lidah.

Selain sebagai camilan tradisional, kue ini sering disajikan dalam berbagai acara adat dan perayaan. Bentuk dan rasanya yang khas menjadikan Toli-Toli bukan hanya sekadar kue, tetapi juga warisan kuliner Bugis Makassar yang terus dijaga turun-temurun.

5. Bagea

Kue Bagea juga termasuk dalam jajaran kue tradisional khas Sulawesi Selatan yang cukup populer hingga ke wilayah Maluku. Berdasarkan jurnal Universitas Hasanuddin berjudul “Pengembangan Produk Kue Bagea Sehat Sebagai Pangan Darurat”, disebutkan bahwa bagea merupakan kue yang berbahan dasar pati sagu, bahan lokal yang banyak digunakan di wilayah timur Indonesia.

Dalam proses pembuatannya, bagea biasanya dicampur dengan tepung terigu dan gula, lalu dipanggang hingga mengeras. Teksturnya memang agak keras di luar, tetapi menghadirkan rasa manis yang lembut ketika dikunyah perlahan. Karena sifatnya yang tahan lama, kue ini sering dijadikan oleh-oleh khas Makassar atau camilan tradisional untuk menemani waktu santai.

Selain memiliki cita rasa yang khas, Bagea juga menggambarkan karakter masyarakat Bugis-Makassar yang kuat, sederhana, dan apa adanya. Tak heran jika hingga kini, kue Bagea tetap menjadi simbol kuliner klasik dari tanah Sulawesi Selatan yang tetap digemari lintas generasi.

6. Buroncong

Kue Buroncong merupakan salah satu kue tradisional khas Makassar yang masih sangat populer hingga saat ini, terutama sebagai teman sarapan pagi bersama kopi atau teh hangat.

Berdasarkan penelitian dalam Jurnal Poltekkes Kemenkes Makassar berjudul “Identifikasi Sakarin pada Kue Buroncong yang Dijual di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar”, disebutkan bahwa buroncong dikenal memiliki rasa manis dan gurih yang khas, menjadikannya camilan favorit masyarakat Sulawesi Selatan.

Dari segi bentuk, buroncong mirip dengan kue pukis karena sama-sama berbentuk setengah lingkaran. Namun, bahan dan cita rasanya berbeda. Buroncong dibuat dari tepung terigu, parutan kelapa muda, santan, dan sedikit soda kue yang menghasilkan tekstur lembut di dalam dan renyah di bagian luar.

Proses pembuatannya dilakukan dengan cara memanggang adonan di atas bara api menggunakan cetakan khusus dari besi. Cara tradisional ini memberikan aroma harum dan rasa khas yang tidak tergantikan oleh oven modern. Tak heran jika kue Buroncong Makassar tetap digemari lintas generasi dan menjadi salah satu kuliner lokal yang wajib dicoba saat berkunjung ke Sulawesi Selatan.

7. Putu Cangkiri’

Kue tradisional khas Sulawesi Selatan lainnya yang juga menarik perhatian adalah Putu Cangkiri’. Nama kue ini berasal dari dua kata, yakni “putu” yang berarti makanan berbahan dasar tepung ketan, dan “cangkiri’” yang berarti cangkir. Sesuai namanya, bentuk kue ini memang menyerupai cangkir terbalik yang menjadi ciri khasnya.

Menurut Jurnal Universitas Negeri Makassar (UNM) berjudul “Putu Cangkir dari Tepung Singkong”, kue ini terbuat dari tepung ketan yang dicampur dengan parutan kelapa dan gula merah. Kombinasi bahan tersebut menghasilkan cita rasa manis legit dengan tekstur kenyal yang khas.

Putu Cangkiri’ biasanya disajikan dalam acara adat atau dijadikan oleh-oleh khas daerah. Bentuknya yang unik dan cita rasanya yang autentik menjadikan kue ini sebagai salah satu warisan kuliner Bugis-Makassar yang masih bertahan hingga kini.

8. Kue Toloba

Selanjutnya ada Kue Toloba, salah satu kue khas Makassar yang sering disajikan dalam berbagai acara resmi maupun perayaan keluarga. Meskipun belum banyak diteliti secara akademik, kue Toloba tetap dikenal luas sebagai bagian dari kekayaan kuliner tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Kue Toloba memiliki tampilan menarik dengan warna kuning keemasan seperti kuning telur yang mencolok. Bentuknya bulat kecil dengan topping kismis di bagian atas, serta taburan potongan kenari di dalam adonannya. Dari segi rasa, kue ini menghadirkan perpaduan manis, gurih, dan sedikit kenyal yang membuatnya digemari banyak orang.

Menurut sejarawan dari Universitas Hasanuddin, keberadaan kue Toloba mencerminkan evolusi kuliner tradisional Makassar yang tetap hidup meski tanpa banyak dokumentasi tertulis. Tekstur lembutnya dan aroma khas dari bahan alami menjadikan kue ini sebagai simbol cita rasa autentik dari Sulawesi Selatan yang terus lestari hingga kini.

9. Cucuru Jintan

Cucuru Jintan merupakan salah satu kue tradisional khas Bugis-Makassar yang terkenal dengan aroma rempahnya yang khas. Dalam bahasa Bugis, kata “cucuru” berarti gorengan, sedangkan “jintan” mengacu pada bumbu rempah jintan yang menjadi bahan utama kue ini. Karena digoreng hingga kering dan renyah, masyarakat juga sering menyebutnya sebagai kerupuk jintan.

Kue Cucuru Jintan memiliki tekstur renyah di luar namun lembut di bagian dalam, mirip seperti bolu goreng. Adonannya dibuat dari tepung terigu, telur, gula. Serta jintan yang menghasilkan cita rasa manis dengan sentuhan aroma rempah yang menggugah selera. Dalam beberapa variasi, jintan dapat diganti dengan biji wijen sebagai alternatif untuk memberikan rasa gurih yang lebih lembut.

Kue khas Makassar ini biasanya disajikan saat acara keluarga, hari raya, atau sebagai camilan tradisional sehari-hari. Rasanya yang manis gurih dan aromanya yang harum menjadikan Cucuru Jintan Bugis-Makassar. Tetap digemari hingga kini sebagai salah satu ikon kuliner khas Sulawesi Selatan.

10. Bangke Canggoreng

Menutup daftar ini, ada Bangke Canggoreng, salah satu kue kering khas Bugis-Makassar yang terkenal karena cita rasa gurih dan renyahnya. Kue ini terbuat dari kacang tanah yang dicincang kasar. Kemudian dicampur dengan adonan tepung dan gula sebelum digoreng hingga berwarna keemasan.

Baca juga: 7 Kue Kering Khas Melayu yang Wajib Dicoba Saat Hari Raya 

Bangke Canggoreng memiliki tekstur kriuk di luar namun mudah lumer di mulut. Menciptakan sensasi lezat yang membuatnya disukai semua kalangan, terutama anak-anak. Selain itu, perpaduan rasa manis dan gurih dari kacang tanah panggang memberikan karakter rasa yang khas dan menggugah selera.

Kue ini sering hadir di meja tamu saat hari raya atau acara adat. Menjadikannya bagian penting dari tradisi kuliner masyarakat Bugis-Makassar. Dengan bahan yang sederhana dan rasa yang autentik. Bangke Canggoreng khas Sulawesi Selatan tetap menjadi camilan favorit yang melestarikan cita rasa lokal hingga kini.

Nikmati juga Kue Kering Bellarosa

Selain kue tradisional khas Bugis-Makassar, kamu juga bisa menikmati varian kue modern seperti Kue Kering Bellarosa. Bellarosa menghadirkan berbagai pilihan kue kering premium dengan cita rasa lezat dan tampilan yang elegan. Sangat cocok disajikan saat momen Lebaran, Natal, atau acara keluarga.

Kue Kering Bellarosa hadir dalam beragam varian seperti nastar lembut, kastengel gurih, dan putri salju manis yang lumer di mulut. Setiap kemasannya dibuat eksklusif sehingga tidak hanya cocok untuk suguhan tamu. Tetapi juga sebagai hampers lebaran elegan untuk keluarga dan rekan kerja.

Dengan kualitas bahan terbaik dan rasa yang autentik. Bellarosa menjadi pilihan kue kering modern yang bisa melengkapi kelezatan kue tradisional Nusantara, menghadirkan sensasi manis yang pas di setiap momen spesial.